Fokus, Responsif dan Kolaboratif, Demi Berikan Solusi Cepat dan Tepat untuk Petani

0

Jakarta – Era baru perkebunan, seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan diminta agar terus meningkatkan kinerja, mempertajam kepekaan, dan konsistensi terhadap pengawalan dan monitoring kinerja. Perkebunan harus memberikan kontribusi ditengah krisis yang dihadapi. Ini tantangan besar karena butuh komitmen, kekompakan dan kesamaan visi misi semua pihak terkait, dalam mencapai tujuan membangun perkebunan mendukung pertanian yang semakin maju mandiri modern. Untuk itu dibutuhkan transformasi nilai dan tatanan baru dalam bekerja yaitu fokus responsif dan kolaboratif.

Fase penumbuhan perkebunan telah dilakukan mulai dari sejak tahun 1964, berproses dari tradisional, hingga saat ini pada fase penguatan pembangunan perkebunan melalui perkebunan bioindustri dengan menggunakan teknologi modern seperti penggunaan varietas unggul, gap, ghp, mekanisasi, dan lainnya.

“Perlunya peningkatan produksi dan produktivitas, nilai tambah dan berdaya saing. Untuk itu butuh orientasi manajemen yang tepat guna dan penguatan program, diantaranya penguatan nursery, pengembangan berbasis kawasan, peningkatan produktivitas, pengembangan ekosistem dan platform perkebunan serta program kolaborasi. Dalam menjalaninya, dibutuhkan anggaran yang memadai, kita dihadapkan pad keterbatasan anggaran, namun tak mematahkan semangat, harus kreatif tidak bergantung pada pendanaan apbn, harus kreatif dan mandiri, karena pemerintah pada dasarnya sifatnya fasilitator. Selain itu, didukung sdm yang kuat termasuk melibatkan pekebun milenial, infrastruktur yang tepat, pengelolaan waktu yang efektif dan efisien, serta perubahan mindset yang lebih fokus, responsif dan kolaboratif,” ujar Andi Nur Alam Syah, Dirjen Perkebunan saat memberikan arahan pada rapat dalam rangka mengembalikan kejayaan perkebunan Indonesia, perkebunan bioindustri di Ruang Rapat Gedung C Kanpus Kementan (31/10).

Andi Nur menambahkan, Kita mendorong perkebunan partisipatif, yang akan mengikuti kaidah-kaidah perkebunan, membangun ekosistem perkebunan yang baik, dan diperkuat dengan korporasi petani, serta tingkatkan pembinaan petani milenial.

“Pantau terus program secara kontinyu, tak hanya saat pembukaan acara saja, namun pembinaan dan pengawalan/monitoring harus terus rutin dilakukan serta memastikan semua program maupun kegiatan berjalan sesuai rencana. Untuk itu, kita harus komitmen, fokus responsif dan kolaboratif terhadap program-program yang akan berjalan, sedang berjalan dan kedepannya,” ujarnya.

Selain itu, Dirjenbun juga menyampaikan bahwa, Untuk menguatkan komoditas perkebunan perlunya koordinasi dan kolaborasi dengan pihak terkait, misalkan terkait kopi dan kakao dengan Puslitkoka Jember. Perkebunan juga bisa membantu ketahanan pangan dengan menghasilkan beragam produk pangan, pemanfaatan limbah perkebunan menjadi produk yang berpotensi dan penguatan integrasi tanaman perkebunan dengan ternak. Perlunya menghasilkan inovasi baru dan lebih kreatif. Perkebunan harus bisa kasih solusi cepat dan tepat untuk semua masalah petani dilapangan. Dorong petani milenial kembangkan kebunnya.

Kedepannya, kinerja Perkebunan dapat tergambarkan pada expo perkebunan Indonesia yang dilakukan secara rutin tiap tahun, sehingga masyarakat luas bisa mengetahui dan mendukung terus pertanian termasuk perkebunan baik itu tatanan makro maupun mikro untuk mengatasi perubahan dan tantangan besar perkebunan kedepannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *