Penguatan Komoditas Sawit Lewat Percepatan ISPO
Jakarta, 2 November – Asosiasi petani sawit berharap pemerintah dapat membantu meningkatkan kualitas kelapa sawit nasional. Harapan itu muncul seiring kian ketatnya aturan ekspor kelapa sawit di pasar dunia.
“Saat ini sawit kita dituntut untuk mempunyai kualitas yang tinggi. Catatan tambahan dari kami agar dilakukan pendampingan dari pemerintah untuk mengoptimalkan produktivitas pekebun dan hilirisasi, dan juga percepat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil),” kata Rino Afrino.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia menyampaikan itu ketika berbicara di Forum Focus Group Discussion “Menyikapi Berbagai Skenario Putusan WTO Tentang RED II” di Jakarta, Selasa (1/11). Rino mendukung langkah Pemerintah Indonesia untuk mengamakan akses pasar ekspor kelapa sawit, termasuk biofuel, di Uni Eopa.
Kebijakan RED II, kata dia, tidak adil dan diskriminatif. “Kebijakan Eropa ini akan berdampak kepada petani sawit, termasuk putusan sengketa RED II di WTO. Pentingnya peranan kelapa sawit bagi peningkatan kesejahteraan petani sudah kami sampaikan kepada Dubes Uni Eropa untuk Indonesia,” kata Rino.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Andi Nur Alam Syah mengatakan, pemerintah fokus memajukan budi daya hingga industri kelapa sawit. Oleh karena itu, penguatan komoditas kelapa sawit perlu dilakukan, salah satunya lewat sertifikasi ISPO.
Kelapa sawit merupakan komoditas strategis bagi perekonomian Indonesia. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), kelapa sawit mendorong produk domestik bruto (PDB) pertanian Indonesia tumbuh 2,95% pada semester 1 tahun 2022 dibandingkan periode yang sama tahun 2020, yang mana terjadi kontraksi ekonomi nasional 0,74% tapi menyumbang PDB Pertanian 80%.
Sejak medio September 2022, Kementerian Pertanian sudah membentuk direktorat sawit di bawah naungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Direktorat ini secara khusus menangani sawit sebagai upaya memajukan budi daya hingga industri di hilir.
Selama ini, kata Andi, kelapa sawit hanya ditangani oleh koordinator atau setingkat Kasubdit sehingga penanganannya kurang maksimal. “Adanya Direktorat Sawit agar penanganan masalah sawit lebih fokus dan maksimal,” kata Nur Alam.