Riset dan Inovasi Pendukung Pertanian Masa Depan

0

Jakarta, 2 November – Pertanian berkelanjutan menjadi tren di masa depan. Riset, inovasi, dan teknologi harus mendukung untuk mewujudkannya.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan, penggunaan lahan pertanian secara berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam pengelolaannya menjadi perhatian utama pihaknya. Terutama untuk mendukung tantangan pertanian di masa depan.

“Ke depan harus ada lompatan teknologi. Adanya inovasi dan teknologi itulah yang akan menggeser fungsi produksi, bukan menaikkan kurvanya tapi menggeser,” kata Suwandi baru-baru ini.

Peneliti Ahli Utama Ekonomi Pertanian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tahlim Sudaryanto menambahkan, peran riset dan inovasi menjadi jawaban atas tantangan pertanian di masa depan.

“Lagi-lagi pangan masih penting, tetapi juga perlu dukungan riset dan inovasi untuk komoditas-komoditas unggulan lain di masa depan,” kata Tahlim.

Menurut Tahlim, ada beberapa isu strategis yang menjadi tantangan pertanian saat ini dan di masa depan, yakni sistem produksi pangan yang mengancam stabilitas iklim dan ketahanan ekosistem, perubahan iklim, dan dampak konflik Rusia dan Ukraina.

Lalu, era normal baru pascapandemi Covid-19, keterbatasan dan degradasi sumber daya alam, dinamika konsumsi pangan dan kecukupan gizi, serta kesejahteraan petani.

“Dari literasi-literasi, kalau kita tidak mendorong perubahan atau transformasi di dalam pertanian dan perdesaan secara umum, maka kesejahteraan petani itu tetap akan terbatas,” kata Tahlim.

Oleh karena itu, kata dia, dukungan anggaran untuk riset dan inovasi bidang pertanian Tanah Air sangat dibutuhkan. “Rekomendasi untuk meningkatkan ekosistem riset dan inovasi di antaranya meningkatkan anggaran untuk memperkuat evidence-based policy (kebijakan berdasar fakta) melalui penguatan riset dan inovasi bidang pertanian,” katanya.

Selain itu, riset dan inovasi juga harus diprioritaskan untuk komoditas bernilai tinggi yang bertujuan mendorong perubahan pertanian, dari tanaman pangan ke arah komoditas bernilai tinggi seperti hortikultura, perkebunan, dan peternakan. “Alokasikan anggaran riset dan inovasi antar komoditas dan tematik secara proporsional,” tutur Tahlim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *