Menghidupkan Kembali Kejayaan ‘Alpukat Malino’
Gowa, 16 November – Kementerian Pertanian berupaya kembali menggairahkan budidaya alpukat di kawasan Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Salah satunya dilakukan dengan menggelar bimbingan teknis budidaya alpukat. Harapannya, petani kembali bergairah menanam alpukat.
Menurut data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa, pada tahun 2019 tanaman alpukat di Malino hanya tersisa 2000 pohon. Selain pohon berkurang, produktivitas juga menurun karena usia yang sudah tua.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian Fadjry Djufry, Indonesia berpeluang menjadi eksportir buah, salah satunya alpukat. Indonesia saat ini termasuk negara kelima terbesar penghasil alpukat yang diekspor ke negera Malaysia dan Timur Tengah.
“Di tengah pandemi Covid-19, Indonesia bisa swasembada beras dengan tidak impor 3 tahun berturut-turut. Tidak menutup kemungkinan ke depan Indonesia menjadi negara pengekspor alpukat,” kata Fadjry belum lama ini.
Lewat bimbingan teknis ini, kata Fadjry, alpukat harus dikembangkan sesuai standar. Tujuannya, untuk meningkatkan daya saing alpukat yang bermutu dan berkualitas agar dapat menembus pasar ekspor. Alpukat diharapkan tidak sekadar buah meja, tapi dapat diolah menjadi produk turunan.
Selain itu, kata dia, juga dapat meningkatkan nilai tambah dan membuka peluang potensi wisata alpukat di Malino. Lewat bimbingan teknis ini, petani alpukat di Malino juga diharapkan dapat memproduksi benih sebar yang berkualitas dan terstandar secara mandiri.
Pada era 1980-an, kawasan Malino terkenal dengan alpukatnya. Begitu tersohornya hingga muncul sebutan ‘alpukat Malino’. Untuk kembali menjadikan Malino sebagai sentra produksi alpukat, Kementan pada 2021 melakukan penanaman 1000 pohon alpukat. Juga ada bimbingan teknis.
Inisiatif lain dilakukan pendampingan terhadap 17 orang petani dari Kelompok Tani Parang Ta’jurru Desa Tonasa, Kecamatan Tombolo Pao, Gowa. Mereka akan menjadi kelompok tani binaan dan percontohan dalam program pemberdayaan hasil kerja bareng Yayasan Hadji Kalla dengan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Kementrian Pertanian di Kota Solok.
Kepada para dibagikan 1.000 pohon alpukat varietas unggul dari penangkaran benih alpukat di Kota Semarang, Jawa Tengah. Para petani didampingi agar bisa memproduksi alpukat sesuai standar produksi yang baik (Good Agriculture Practice/GAP). Harapanya, kesejahteraan petani meningkat.
Menggenjot produksi hortikultura menjadi salah satu program prioritas Kementan Pertanian. Lewat Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementan menggulirkan program kampung hortikultura. Di dalam program ini, antara lain ada pengembangan buah-buahan lewat kampung buah. Program ini untuk mendukung perkembangan dan meningkatkan daya saing hortikultura Indonesia.
Jumlah kampung buah yang dibina Kementan mencapai 1.811 kampung dalam kurun 2020- 2022. Terdiri dari 134 kampung jeruk, 149 kampung mangga, 137 kampung manggis, 243 kampung pisang, 422 kampung durian, 253 kampung lengkeng, 284 kampung alpukat, dan 189 kawasan buah lainnya.