Orkestrasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan oleh NFA Sudah Dirasakan Manfaatnya
Jakarta, 9 Desember – Orkestrasi dalam menstabilkan pasokan dan harga pangan yang dilakukan Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) sudah dirasakan. Selain peternak sebagai produsen, kehadiran NFA juga besar manfaatnya bagi daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.
Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Kendal, Jawa Tengah, Suwardi, menjadi saksi kehadiran NFA sebagai ‘dewa penolong’. Diakui Suwardi, harga telur fluktuatif. Di sisi lain, harga pakan terus membubung. Ini antara lain karena pasokan dan harga jagung untuk pakan tidak pasti.
Sejak ada NFA, peternak ayam petelur difasilitasi. Ketika harga telur ayam jatuh, NFA memfasilitasi pembelian telur agar peternak tidak merugi. Sebaliknya, ketika harga telur naik tinggi, misal di Jakarta yang sempat di atas Rp30 ribu/kg, peternak memasok telur dengan harga terjangkau.
“Saat ini, untuk (harga fluktuatif) di telur boleh dibilang sudah selesai,” kata Suwardi dalam diskusi daring Alinea Forum bertajuk “Orkestrasi NFA Dalam Stabilisasi Pasokan dan Harga”, Jumat (9/12).
Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Sukorejo, Kendal, memiliki 1.337 anggota UMKM, jumlah ternak 4 juta lebih dengan produksi harian 212 ton telur. Koperasi membawahi 7 kabupaten dan memiliki peternak 17 juta.
Fasilitasi juga dirasakan Suwardi dan anggota untuk mendapatkan kepastian pasokan jagung buat bahan pakan ternak. NFA menghubungkan peternak ayam petelur dengan daerah produsen jagung, misalnya Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Ketika harga jagung tinggi, NFA memberikan subsidi angkutan. Peternak ayam petelur membeli jagung dengan harga terjangkau.
Konsep B to B
Sebaliknya, ketika harga jagung di NTB jatuh, peternak ayam petelur bisa jadi ‘dewa penolong’ bagi petani jagung. Suwardi mencontohkan pada November lalu harga jagung jatuh hingga Rp3.200/kg, jauh di bawah harga acuan pemerintah Rp4.200/kg. Oleh NFA, peternak diminta membeli jagung.
Rentang 26 November hingga 8 Desember 2022, kata Suwardi, pihaknya telah menyerap jagung dari Bima dan Dompu, NTB, sebanyak 547 ton. “Sekarang harga jagung di NTB sudah membaik, yakni Rp3.800. Memang belum sesuai harga acuan, tapi dampaknya sangat dirasakan petani,” kata Suwardi.
Menurut Suwardi, fasilitasi NFA itu sudah berubah menjadi business to business. Petani jagung dan peternak ayam petelur sama-sama diuntungkan. Karena proses jual-beli bisa dilakukan secara langsung. Tidak ada lagi perantara yang mengutip margin keuntungan. Rantai pasok lebih pendek.
Pernyataan Suwardi diamini Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Abdul Azis. Aziz mengaku, NFA mempertemukan antara asosiasi peternak dari luar daerah dengan asosiasi petani jagung di wilayahnya. Hasilnya, 500 ton dari 600 ton jagung yang diproduksi di NTB berhasil diserap pasar.
“Sehingga harga yang diharapkan petani, kendati belum seperti yang ditetapkan Badan Pangan Nasional, tetapi sudah jauh lebih baik,” ucap dia. Menurut Azis, cara seperti itu cukup membantu petani.
Aziz menjelaskan, NTB surplus produksi jagung dan beras. Pada saat panen, kata dia, harga seringkali jatuh. “Gabah dan jagung ini pada saat panen raya di Sumbawa selalu ribut, harganya jatuh di bawah HPP. Kebanyakan (petani) menyalahkan kita. Ini selalu jadi pikiran saya,” kata dia.
Diakui Aziz, hadirnya NFA tak ubahnya ‘dewa penolong’. NFA antara lain memberikan bantuan infrastruktur penyimpanan daging beku. Ada pelatihan petani cabe dan bawang. Bulog juga membangun silo untuk menyimpan jagung dan gabah. “Sebelum NFA turun, saya kelabakan juga terkait dengan tuntutan masyarakat terkait stabilisasi harga jagung,” tambah dia.
Orkestrasi Supply-Demand
Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin berharap kinerja NFA ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan efektivitas stabilisasi pasokan dan harga pangan, kata dia, harus dilakukan integrasi antara kebijakan di sisi supply dengan demand. Dari sisi pasokan, antara lain, perlu pembenahani manajemen usahatani, insentif baru berbasis inovasi.
Juga pembangunan infrastruktur perdesaan untuk penguatan rantai nilai pangan. Kemudian didukung teknologi informasi, digitalisasi rantai nilai untuk efisiensi, dan dukungan R&D pertanian, promotif untuk bioteknologi
Dari sisi demand, kata Bustanul, kebijakannya mencakup contract farming, agregator bisnis, dan pembelian langsung dari petani. Lalu, pendalaman industri, proses hilirasi, dan pengolahan produk pangan. Berikutnya, percepatan diversifikasi konsumsi, insentif pangan lokal, industri kuliner, dan peningkatan kualitas gizi masyarakat.
Diakui Bustanul, langkah NFA sejauh ini sudah benar. “Sudah on the track. Akan tetapi, kinerjanya harus terus kita dorong dan bantu. Kita tidak boleh lelah. Karena (NFA) harus terus bergerak. NFA sebagai lembaga baru tiba-tiba mengemban tugas yang strategis dan besar,” kata Bustanul.
Dia memahami ada banyak harapan besar ditumpukan pada NFA. Pemda, kata Bustanul, memerlukan arahan dan ‘bapak’. NFA juga bisa jadi kepanjangan tangan pemerintah untuk memobilisasi stok dari wilayah surplus ke minus. Namun, kata dia, ini perlu anggaran besar. Tidak bisa hanya dari APBN.
Bisa juga, kata Bustanul, menggerakan BUMN pangan seperti ID Food untuk skema komersial. Sementara untuk tugas pelayanan publik, bisa diserahkan ke Bulog. NFA, kata dia, juga perlu memperjuangkan anggaran Bulog agar tidak sepenuhnya menggunakan kredit perbankan berbunga komersial.
Orkestrasi sudah ‘Nyaring’
Orkestrasi kebijakan, jelas Bustanul, perlu dipimpin NFA bersama Kemenko Perekonomian. Bagaimana pembagian kedua institusi ini, kata dia, masih dalam proses. Menurut dia, yang paling penting bisa luwes dijalankan. “Karena ini luar biasa, tidak harus jadi dulu. (Kalau harus menunggu jadi), nanti saling tunggu-tungguan, jadinya tidak kerja,” kata dia.
Menanggapi itu, Direktur Ketersediaan Pangan NFA Budi Waryanto mengatakan, orkestrasi yang dilakukan institusinya masih mencari bentuk. Pertemuan-petemuan dengan para pihak masih terbuka untuk menyempurnakan.
“Ada sistem yang sedang kami coba untuk jangka menengah, yakni sistem resi gudang. Kami mengajak bank yang siap terjun untuk mengurusi sampai petani. Harapannya, sistem ini nanti bisa jadi acuan,” jelas dia.
Suwardi mengakui, orkestrasi stabilisasi pasokan dan harga pangan oleh NFA perlu dukungan pemain handal, tangguh, dan tahan banting. Ia mengakui, sejauh ini orkestrasi sudah berjalan baik. “Orkestrasi yang didirijeni (NFA) sudah nyaring. Ini perlu dukungan semua, agar orkestrasi ini bisa dirasakan manfaatnya bagi rakyat Indonesia,” kata dia.