Pentingnya Kesehatan Mental Masyarakat Untuk Mencapai Pembangunan Berkelanjutan dan Indonesia Maju
Investasi pembangunan manusia sangatlah penting karena tidak mungkin Indonesia maju tanpa sumber daya manusia yang berkualitas.
Jakarta – Dialog kebijakan “Policy Dialogue: Renewed Challenges, Exploring Solutions” diselenggarakan di Artina Sarinah, Jakarta Pusat pada hari Rabu (01/02/2023). Dialog tersebut diselenggarakan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dalam rangka menanggapi hasil dari Laporan Pembangunan Manusia terbaru.
Berdasarkan laporan tersebut, Lebih dari 90 persen negara mencatat penurunan skor Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk tahun 2020 atau 2021, dan lebih dari 40 persen mengalami penurunan di kedua tahun tersebut.
Berjudul, “Uncertain Times, Unsettled Lives: Shaping our Future in a Transforming World”, laporan tersebut berpendapat bahwa lapisan ketidakpastian menumpuk dan berinteraksi untuk menimbulkan gejolak pada kehidupan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dua tahun terakhir telah berdampak buruk bagi miliaran orang di seluruh dunia, ketika krisis seperti COVID-19 dan perang di Ukraina terjadi secara berurutan, dan berinteraksi dengan pergeseran sosial dan ekonomi yang luas, perubahan iklim, dan peningkatan polarisasi secara besar-besaran.
Temuan laporan tersebut dibahas oleh para pembicara dari berbagai profesi seperti Yanuar Nugroho, Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs, Dr. Riatu Mariatul Qibthiyyah, Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, Devi Asmarani, Co-Founder Magdalene.co dan Butong Idar, seniman dari Jogja Disability Arts.
Pada sesi diskusi, Yanuar Nugroho memandang bawah hasil Laporan Pembangunan Manusia tersebut bukan sekedar worrying (mengkhawatirkan) tetapi “concerning”, maksudanya adalah menjadi bahan pemikiran kita bersama untuk mencari cara agar bisa bangkit dan maju.
Walaupun COVID-19 membuat beberapa pencapaian anjlok, pada dasarnya pemerintah Indonesia selama ini menginvestasikan Sebagian besar anggaran untuk sektor hulu seperti kesehatan, pendidikan dan sektor informal kecil menengah.
Yanuar jug menambahkan informasi dari hasil kajian UGM dalam Indonesia National Adolescent Mental Health Survey, yang melaporkan bahwa terdapat 1 dari 3 generasi Indonesia memiliki mental health problem atau sebanyak 15,5 juta dan 1 dari 20 generasi di Indonesia mengalami mental health disorder atau sebanyak 2,45 juta. Survey tersebut mengungkapkan bahwa gangguan paling tinggi, sebesar 15%, pada kecemasan ialah melihat masa depan yang tidak pasti.
Beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintah harus diteruskan, diperkuat, dan diakselerasi seperti Kartu Prakerja dan KIP Kuliah yang menjawab kecemasan dan keresahan anak muda tentang masa depan pada dirinya. Serta pemerintah sudah meningkatkan akses ke pelbagai fasilitas kesehatan, namun hanya sedikit remaja yang mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental mereka. Sehingga berbagai hal demikian belum cukup untuk menjawab tantangan perubahan transformasi yang sangat cepat berubah.
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kesehatan mental masyarakat, khususnya kaum muda, Millenial, dan Gen Z. Kesehatan mental ini sangat berperan penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2030 dan mencapai Indonesia maju tahun 2045.
Tujuan 3 TPB/SDGs (kehidupan sehat dan sejahtera) memiliki salah satu target di tahun 2030 untuk mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular, melalui pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan Kesehatan mental dan kesejahteraan.
Selain itu, jika TPB/SDGs tercapai maka dapat menjadi pintu gerbang untuk mencapai Indonesia maju 2045. Masa depan Indonesia itu terletak pada Sumber Daya Alam, akan tetapi lebih banyak pada orang. Oleh karenanya, Yanuar mendorong pengeluaran pemerintah di sektor sosial (pembangunan sumber daya manuasia) itu bukanlah pengeluaran sebagaimana biasanya, namun itu adalah pengeluaran sebagai investasi masa depan Indonesia. Karena tidak mungkin Indonesia maju jika kita tidak punya manusia yang berkualitas.
Saat ini pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan Rencana Jangka Panjang 2045, oleh karenanya Yanuar mengajak para peserta dan pemuda pada umumnya untuk angkat bicara, menyampaikan aspirasi seperti apa Indonesia yang diinginkan kedepan.
Kegiatan dialog kebijakan tersebut ditutup dengan kunjungan pameran seni dari Jogja Disability Arts yang dipamerkan di Artina Sarinah.