Hadiri Acara IBSK, Sekjen Kemendagri Ingatkan Tantangan Pendidikan Anak Sekolah di Era Teknologi
Jakarta- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Suhajar Diantoro mengingatkan tantangan pendidikan anak sekolah di era digital. Hal itu disampaikan Suhajar saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional dan Pelantikan Pengurus Pusat Divisi Ikatan Bimbingan dan Konseling Sekolah (IBKS) di Kantor Pusat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jakarta, Sabtu (4/2/2023).
Dalam acara yang dihadiri oleh para guru Bimbingan Konseling (BK) dari berbagai wilayah di Indonesia itu, Suhajar menjelaskan, tantangan pertama yang dihadapi adalah masih banyak kepala sekolah dan guru BK yang berada di generasi X yang lahir di antara tahun 1965-1980. Generasi X atau sebelumnya baby boomers harus rela menyerahkan kepemimpinannya ke generasi setelahnya untuk berkembang.
“Generasi baby boomers ini tidak memahami kondisi generasi di bawah kita dan kita memimpin mereka. Pesan pertama untuk guru BK adalah untuk menemukan kebenaran dunia ini milik siapa, kalau sudah yakin ini bukan milik kita, maka kita harus bersukarela untuk menyerahkan dunia ini kepada generasi di bawah kita dan memberi ruang kepada mereka untuk berkembang,” katanya.
Tantangan berikutnya yang disampaikan oleh Suhajar pada para guru BK yaitu saat ini anak-anak Indonesia menggunakan gadget mencapai 5 jam per hari dan hampir 24 jam anak-anak hidup dengan gadget. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan bahwa 89 persen anak 5 tahun ke atas mengakses internet untuk media sosial, dan hanya 33 persen anak usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet untuk mengerjakan tugas sekolah.
“Artinya dari 100 anak yang menggunakan HP untuk mengerjakan tugasnya itu 33 persen. Berarti masih ada yang mungkin nonton berita, dan sebagainya. Ini harus kita pahami kondisi ini, sehingga kita bisa merasakan kemajuan,” jelasnya.
Dia menambahkan, gadget dan internet telah meningkatkan individualisme sehingga menyebabkan terjadinya loneliness (kesepian). Gadget telah meningkatkan individualisme yang mengurangi interaksi sosial dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko depresi dan penyakit akut lainnya.
“Hari ini kita ada persoalan baru, di mana anak-anak kecanduan internet. Ini yang wajib kita cermati, jangan sampai mereka terlalu asyik dengan gadgetnya,” tandas Suhajar.